Berikut adalah pengalaman kami
selama pencarian jenis penyakit yang saya derita sampai dengan vonis
mengidap kanker serviks tersebut, semoga dapat bermanfaat sebagai salah satu
acuan dalam mendeteksi lebih dini penyakit kanker serviks tersebut.
-----------------0-----------------
Perjalanan kami dalam pencarian kepastian tentang penyakit
tersebut, sebelum divonis kanker sudah terbilang panjang yaitu sekitar awal 2007 (tiga
tahun sebelum kelahiran anak ketiga kami) yang diawali keluarnya sedikit darah
pada saat (maaf) berhubungan, yang kemudian kami periksakan ke Dokter dan
diberikan obat dan setelah itu disarankan untuk melakukan PAP SMEAR rutin.
Setelah kelahiran anak ketiga kami darah tersebut kembali keluar namun
durasinya tidaklah sering.
Namun karena darah tersebut tetap keluar
(tidak ada kesembuhan) maka kami memutuskan untuk melakukan pemeriksaan intens
ke Dokter A di Denpasar dibulan Februari 2012. Berdasarkan diagnosa Dokter
tersebut dinyatakan terdapat luka lecet pada vagina dan diberikan obat untuk penyembuhannya. Sejak saat itu darah tersebut
dapat terhenti.
Sekitar tahun 2013 darah tersebut kembali
keluar dan kami kembali mendatangi Dokter A yang kemudian dirujuk untuk
melalukan PAPSMEAR disalah satu Laboratorium di Denpasar yang hasilnya
menyatakan bahwa tidak tampak adanya tanda tanda infeksi namun darah tersebut tetap keluar disaat berhubungan.
Oleh karena tidak adanya kejelasan yang
pasti tentang penyebab keluarnya darah tersebut , maka kami menanyakan hal tsb
kepada adik sepupu istri yang juga dokter SPOG disalah satu Rumah Sakit swasta
nasional yang kebetulan baru dipindahkan ke Kuta yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan menyeluruh yang kemudian divonis menderita POLIP SERVIKS dan atas saran adik kami tersebut, berdasarkan pengalaman dan senioritas, hasil tersebut
kami bawa kembali kepada Dokter A yang ditindaklanjuti oleh Dokter A dengan
tindakan CUTTER. Namun setelah 6 (enam) bulan kemudian darah tersebut kembali
keluar sama seperti saat saat sebelumnya. Dan kami kembali mendatangi adik
kami untuk dapat berkonsultasi dan disarankan untuk ke Jakarta menemui ayahnya yang
juga dokter SPOG di salah satu Rumah Sakit swasta disana pada bulan Januari
2014 yang kemudian ditindaklanjuti dengan General Check Up untuk menghindari
hal hal yang tidak diinginkan maka dilakukan pemeriksaan PA (Patologi Anatomy)
pada salah satu Rumah Sakit besar di Jakarta.
Sembari menunggu hasil PA tersebut kami
kembali ke Denpasar dan menanyakan ke beberapa dokter di seputaran Denpasar
tentang kejadian yang kami alami dan mendapatkan beberapa kemungkinan tapi
akan lebih pasti apabila hasil lab PA tersebut sudah keluar.
Setelah hasil PA tersebut keluar kami lantas menemui salah satu Dokter yang memang mengetahui seluk beluk kanker yang juga dikenal sebagai salah satu Konsultan Kanker Serviks di Denpasar yang kita sebut saja namanya dengan Dokter B. Hasil PA tersebut menyebutkan bahwa saya terdiagnosa CIN 3 (Pra kanker) dan diputuskan untuk ditindaklanjuti dengan tindakan KONDENSASI (Pemotongan leher rahim) Februari 2014 oleh Dokter B tersebut .
Setelah hasil PA tersebut keluar kami lantas menemui salah satu Dokter yang memang mengetahui seluk beluk kanker yang juga dikenal sebagai salah satu Konsultan Kanker Serviks di Denpasar yang kita sebut saja namanya dengan Dokter B. Hasil PA tersebut menyebutkan bahwa saya terdiagnosa CIN 3 (Pra kanker) dan diputuskan untuk ditindaklanjuti dengan tindakan KONDENSASI (Pemotongan leher rahim) Februari 2014 oleh Dokter B tersebut .
Setelah pemulihan dari tindakan
Kondensasi tersebut maka kembali dilakukan PA untuk mengetahui hasil dari tindakan tersebut. PA tersebut menyebutkan bahwa dari
CIN 3 sudah ada perbaikan kondisi menjadi CIN 1 (adapun urutannya dari pra kanker ke kanker menurut pemahaman kami berdasarkan informasi Dokter B adalah CIN1, CIN2, CIN 3, Kanker
stadium 0, Kanker stadium 1, stadium 2 dan seterusnya).
Sulit digambarkan betapa senang perasaan
kami pada saat itu.
Sekitar bulan November 2014, darah
tersebut kembali keluar sehingga menimbulkan kekecewaan mendalam dan
keputusasaan, lalu kami kembali mendatangi Dokter B dan diputuskan untuk
dilakukan tindakan CRAYO (pembekuan bekas potongan kondensasi sebelumnya).
Namun hal tersebut juga tidak membawa hasil.
Setelah berunding dengan orang tua maka
akhirnya pada awal Januari 2015 kami putuskan untuk meminta kepada Dokter B
supaya rahim saya diangkat. Keesokan harinya kami kembali memeriksakannya
ke Dokter B dan mendesak Dokter tersebut untuk melaksanakan proses angkat rahim
dimana menurut persepsi Dokter B berdasarkan hasil lab terakhir yaitu CIN
1 tidak perlu dilakukan pengangkatan rahim dengan analogi “ jika ban sebuah
mobil pecah maka tidak lah perlu mengganti mobilnya, cukup hanya bannya saja
yang diperbaiki”, kalau tidak salah seperti itu.
Namun karena keputusan kami sudah bulat
untuk mengangkat rahim maka akhirnya beliau menyetujui pengangkatan rahim
tersebut yang dilaksanakan pada sebuah Rumah Sakit Besar Pemerintah di Denpasar pada tanggal
25 Januari 2015 yang setelah rahim tersebut diangkat tersebut langsung dibawa ke
laboratorium untuk segera di PA.
Berdasarkan hasil pemeriksaan PA di
laboratorium maka sudah dapat dipastikan bahwa saya menderita kanker stadium 1
B (Kanker servik 1 B).
Tentu saja hasil tersebut mengguncang kami khususnya saya, karena dalam persepsi kami yang awam tentang kanker, vonis menderita kanker adalah merupakan vonis mati, itulah sebabnya setelah kami sampai dirumah, pada saat itu juga kami mengundang keempat orangtua kami untuk menginformasikan dan membahas tindak lanjut dari vonis tersebut .
Tentu saja hasil tersebut mengguncang kami khususnya saya, karena dalam persepsi kami yang awam tentang kanker, vonis menderita kanker adalah merupakan vonis mati, itulah sebabnya setelah kami sampai dirumah, pada saat itu juga kami mengundang keempat orangtua kami untuk menginformasikan dan membahas tindak lanjut dari vonis tersebut .
Pada saat itu yang bisa kami lakukan hanyalah berpasrah kepada Tuhan dan
menyerahkan semua pada penanganan medis yang dibarengi dengan mencari info
tentang keberadaan sebuah wadah sebagai tempat kami, khususnya saya untuk
dapat berbagi dan lebih memahami tentang penyakit kanker khususnya tentang penanganan dan
dampak yang dapat ditimbulkan dari pengobatan kanker tersebut namun karena
keterbatasan diri dan informasi yang ada, kami tidak tahu mesti mulai dari mana. Akhirnya kami
putuskan untuk mencari info tentang keberadaan penderita-penderita kanker yang berhasil sembuh
untuk dapat meminta dorongan dan motivasi serta dapat kami ajak berbagi
khususnya mengenai kendala dan penanganan kanker untuk kesembuhan saya
dengan harapan dapat mensugesti diri sendiri bahwa menderita kanker bukanlah
merupakan sebuah vonis mati .
Dalam interaksi dengan para penderita kanker lainnya kami banyak mendapat masukan dan saran terutama motivasi dari para penderita sehingga menambah semangat kami , khususnya saya karena selain kami ternyata masih banyak yang lebih memprihatinkan dan bahkan jauh lebih parah dari kondisi saya, dari sanalah kami tergerak untuk dapat lebih berguna bagi orang lain dan jikalaupun pada akhirnya dipanggil, minimal saya sudah berusaha memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk seberguna bergunanya bagi orang lain.
Dari sekian banyak rekan ada sebuah kisah
mengharukan yang dialami oleh salah satu penderita yang namanya tidak kami
sebutkan, beliau adalah ibu dari 2 orang anak dan berumur sekitar 40 tahun,
salah seorang penduduk miskin di kabupaten terbarat pulau Bali yang divonis menderita kanker
panyudara stadium 3B, dimana ketika vonis tersebut diterima, tanpa alasan yang
jelas beliau dikembalikan suaminya kerumah orangtuanya sehingga penanganan
kankernya beliau lakukan dengan bantuan orangtuanya yang juga miskin dengan mengandalkan salah
satu asuransi kesehatan yang ada .
Hingga pada akhirnya harus dilakukan
proses radiasi dimana proses tersebut dilakukan setiap hari sekali sebanyak 25
kali sehingga mengharuskan beliau dan ibunya harus menetap di Denpasar sekitar kurang lebih sebulan.
Namun satu hal yang menggugah perasaan kami adalah ketika mereka berdua berusaha untuk mencari pemasukan (karena ekonomi mereka dibawah rata rata) untuk biaya hidup dan menetap di Denpasar (kos) dengan cara berjualan pisang goreng. Sungguh miris melihat seseorang yang sedang sakit tapi harus tetap berjualan demi kelangsungan hidup mereka.
Namun satu hal yang menggugah perasaan kami adalah ketika mereka berdua berusaha untuk mencari pemasukan (karena ekonomi mereka dibawah rata rata) untuk biaya hidup dan menetap di Denpasar (kos) dengan cara berjualan pisang goreng. Sungguh miris melihat seseorang yang sedang sakit tapi harus tetap berjualan demi kelangsungan hidup mereka.
Pada saat tulisan ini dibuat beliau sudah dipanggil Tuhan YME.
Semoga beliau mendapatkan tempat yang
sesuai dengan amal dan baktinya.
Selain Ibu tersebut , masih banyak penderita yang mengalami hal serupa dan menjadikan diri mereka sebagai Pejuang - pejuang kanker yang dengan segala keterbatasan yang ada mereka tetap berjuang demi kesehatan mereka, demi anak - anak mereka dan demi keluarganya .
Selain Ibu tersebut , masih banyak penderita yang mengalami hal serupa dan menjadikan diri mereka sebagai Pejuang - pejuang kanker yang dengan segala keterbatasan yang ada mereka tetap berjuang demi kesehatan mereka, demi anak - anak mereka dan demi keluarganya .
Berdasarkan hal tersebut maka kami
berkomitmen, jika saya dapat diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan dengan sebuah kesembuhan, maka kami (saya dan suami) bersepakat akan
membentuk sebuah peguyuban penderita kanker yang bisa menyebarluaskan informasi
khususnya tentang cara deteksi dini kanker serta dapat mengayomi, mengawasi dan
membimbing penderita kanker maupun keluarga penderita sehingga ada wadah untuk
dapat berkeluh kesah, bercengkrama, serta mengabdi kepada masyarakat dengan
harapan dapat saling memotivasi untuk kesembuhannya dan juga dapat menjaga
kepercayaan dirinya dikeluarga, dilingkungan dan dimasyarakat.
Setelah mendapatkan vonis mengidap kanker
servik 1B , lalu saya dirujuk untuk melaksanakan proses kemotherapy sebanyak 6
(enam) kali / seri (Februari – Juli 2015) dan dilanjutkan dengan proses Radiasi
(Agustus – September 2015) sebanyak 25 kali di RSUP Sanglah Denpasar.
Setelah menjalani semua tahapan tersebut
maka tiba waktunya untuk pengecekan PA secara bertahap, yang dimulai dengan
dilaksanakan setiap bulan hingga akhirnya 3 bulan adapun semua hasilnya
menyatakan sudah tidak tampak tanda tanda keganasan / tidak ada sel yang aktif.
Proses PA akan dijalani kembali setelah 6 bulan terhitung dari pemeriksaan
terakhir, semoga kanker tersebut sudah tidak ada lagi .
Selain pemeriksaan PA kami juga dirujuk
untuk melakukan SCC per 6 bulan dan hasilnya normal
Oleh karena hasil Laboratorium sudah
mengatakan tidak tampak adanya tanda tanda keganasan maka akhirnya peguyuban
tersebut kami tuangkan dalam bentuk sebuah Yayasan yang kami beri nama Yayasan Lingkaran Sosial Insan
Harapan atau disingkat
dengan Yayasan kaSIH dengan harapan melalui wadah
Yayasan ini dapat membantu penderita senasib untuk harapan sebuah kesembuhan
demi kelangsungan kehidupan nanti.
April 2016
Di Denpasar
NB : Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan istilah kedokteran diatas
No comments:
Post a Comment